..Tetaplah berada di seberang jika kamu mau
Saya ingat, dulu saya adalah gadis kecil yang selalu merepotkanmu. Manja, hiperaktif, dan penuh obsesi. Memintamu kesana-kesini. Diberikan ini dan itu. Memintamu mendengar celotehan-celotehan yang mungkin menurutmu gak penting.
Saya dulu memang gadis kecil, yang senantiasa percaya dan nurut dengan segala pemikiranmu. Karena kamu memang pribadi yang baik. Saya tau itu.
Saya sadar kalau kamu adalah kawan yang menyenangkan, juga lawan yang patut diperhatikan. Kita membiru dalam kebersamaan. Kadang saling memuji, namun mungkin lebih sering saling mengkritisi.
Kamu disenangi banyak orang, kamu berintelektual tinggi, dan punya pemikiran-pemikiran yang bisa membuat orang lain percaya dengan apa yang kamu pikirkan. Saya pun sama dengan mereka. Saya percaya bahwa kamu sosok yang hebat.
Tapi , rupanya saya memang tidak cukup layak berada disisimu. Saya bukan orang yang mampu menerima semua yang kamu katakan. Ada sisi-sisi yang tidak sesuai dengan apa yang saya pikirkan. Mungkin kita memang tidak sejalan…
Hemm..
Saya tau, kamu berpikir bahwa pendirian yang saya teguhkan saat ini adalah sebuah obsesi atau mungkin sebuah kepamrihan. Saya tau, kamu sudah sangat mengerti saya. Saya yang manja, hiperaktif, dan sering asal. Kamu yang berfikir ini seperti sebuah sisi lemah dari saya. Saya yang lemah, mudah terbawa arus, atau apalah itu.. Ya, saya tau benar apa yang kamu pikirkan. Atau mungkin salah? entahlah apa yang kamu pikirkan..
Tapi, percayalah.. Jika kamu menyebut ini sebagai sebuah ‘arus’, Insya Allah arus ini adalah arus yang haq. Saya teguh dengan pendirian saya untuk sebuah cara yang saya tempuh. Kalau menurut kamu, ini adalah cara yang salah, saya mengerti. Kamu melihat tindakan ini dari sisi lain. Tapi yah, saya gak mau berdebat. Ini bukan masalah jika memang kita teguh di pendirian masing-masing.
Jika kamu mengatakan bahwa kamu adalah seorang yang idealis, kamu memang seorang idealis yang hebat. Saya tidak ada apa-apanya jika dibanding kamu. Tapi saya bahagia karena saya bisa konsisten dengan apa yang sudah saya jalani tanpa bisa kamu ganggu dengan ketidaksetujuan kamu.
Jika kamu mengatakan bahwa ini adalah obsesi, maka biarlah hati saya yang menjelaskan. Sulit memang mengutarakan maksud hati, tapi saya merasa tenang dan nyaman dengan apa yang kamu sebut dengan obsesi itu. Saya melihat bahwa inilah jalan yang harus saya rentas dengan pagar idealisme saya sendiri.
Jika kamu membenci saya, saya tidak punya hak untuk melarang. Tapi ketahuilah, saya tidak pernah membenci kamu hanya karena perbedaan. Kamu sahabat saya yang saya hormati. Tidak peduli seberapa kuat penolakan kamu atas sikap saya, tidak peduli seberapa keras kamu menentang tindakan saya, kamu tetap sahabat bagi saya.
Jika memang hari esok bukan milik ‘si persamaan’, maka biarlah ia terus hadir bersama ‘si perbedaan’. Saya bahagia dengan perbedaan ini. Saya bahagia dengan pendirian kecil saya.
Jika memang tak bisa berdiri di sisi yang sama.. teruslah ingatkan saya, teruslah berada di seberang pemahaman saya. Agar ketika saya melihat kamu di seberang sana, saya tau bahwa saya masih berada di sisi yang saya pilih.
Hari esok? Semoga jalan ini bisa menguatkan saya yang kamu bilang lemah ini. Karena dengan ini, kamu telah memberikan saya pemahaman, bahwa perjuangan pun akan ada saatnya terhimpit dengan penolakan-penolakan dan berbagai hambatan.
Hari esok? Semoga kita bisa menjadi insan-insan yang lebih baik..
Salam, Titin Ariyani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar