Jumat, 2 Juli 2010 – cumioke
Ini mau sharing aja soal unek-unek yang lagi bikin saya membatin dalam waktu yang cukup lama.. hehe
Semoga bermanfaat :D
Semoga bermanfaat :D
Assalamualaikum wr wb
Dear, rekan-rekan mahasiswa.. (jah, gaya beneeeerr…!! padahal kuliah aja belom masuk.. hehe.. iya-in aja deh, biar cepet =p )
Hari ini, dalam kepala saya, terniang-niang istilah kata “mahasiswa berprestasi”. Istilah ini pertama kali nempel di kepala pas saya liat ada spanduk ucapan selamat kepada Andreas Sanjaya, mahasiswa berprestasi yang mewakili Fasilkom, dan dengar-dengar kak Andreas ini masuk jajaran 3 besar “Mahasiswa Berprestasi Tingkat Universitas Indonesia”. Yang juara 1 UI dan calon utama ke tingkat nasional kalo gak salah kakak dari Fakultas Ekonomi (maaf, namanya lupa). Sebenarnya sudah sekitar satu bulan saya bergulat dengan masalah ini dan mencoba ngobrol sama beberapa “atlet akademis”.
Akhirnya saya menemukan sesuatu yang menurut saya mengganjal. Istilah “mahasiswa berprestasi” itu lho.. tau kan ada ajang pemilihannya yang di kampus-kampus?
Nih, saya punya link pedoman ajangnya klik disini (klik di hasil penelusuran paling atas yang ada tulisan pedoman)
Nah, setelah temen2 liat isi pedomannya, mungkin temen-temen uda mulai ancang-ancang nih dengan obsesi masing-masing. Apalagi kalo punya kenalan yang pernah jadi MaPres, mungkin bakal menggebu-gebu buat ikut ini.. (hehe, lebay)
Itu hal yang wajar kok. Pas saya lihat pertama kali, saya pun tertarik untuk mempersiapkan diri buat ikutan ajang ini. Apalagi saya pernah liat langsung contoh MaPres IPB. Beeeuh, pengen banget bisa berprestasi juga. Kakak ini namanya Kak Galih. Kalo temen-temen masuk ke lingkungan IPB dan nanya tentang kakak ini, pasti gak ada yang gak kenal. Lha wong namanya aja udah legendaris kok. Dan banyak juga orang-orang yang suka update berita pun pasti tau tentang kakak yang super ini. Kak Galih ini contoh mahasiswa muslim yang mantaraptaptap deh prestasinya! Search aja di google “Galih Nugroho”. Seabrek2 posting tentang dia.. wew.. Produk nasional, kualitas Internasional ! Mantap!
Upaya pertama, Bahasa Inggris saya (yang berantakan banget) mulai berusaha saya rapikan, karena ini salah satu kualifikasi yang diminta.
Tapi tiba-tiba saya merasa ada yang hilang. Iya deh beneran, ada yang hilang.. Saya merasa diri saya jadi berubah, jadi penuh obsesi.. Sampai saya lupa sama ‘makna mahasiswa’.
Mungkin buat temen2 yang tertarik ikut ajang ini, saya mendukung ! ^^ Karena memang ajang ini berawal dari niat positif pemerintah supaya mahasiswa-mahasiswa bersemangat untuk berprestasi di bidang akademis maupun organisasi dan bidang-bidang lainnya. Namun yang saya takutkan, akan ada salah kaprah dalam menyikapi adanya pemilihan mahasiswa berprestasi ini.
Buat sahabat-sahabat yang cantik dan ganteng (?) , saya takut kalo ajang ini justru dipandang secara kasar. Temen-temen liat kan di pedomannya ada pemeriksaan “berkas-berkas prestasi dan organisasi” ?
Nah, saya harap, ketika kita sudah berdiri di gerbang UI, menginjakkan kaki disana, niatkan lillahi ta’ala untuk mencari yang haq dan mengamalkan semua yang kita dapat. Ikhtiarkan semua yang patut diikhtiarkan, dan yang jelas, tetep dalam lingkup syari’at. Amar ma’ruf nahi munkar.
Jangan sampai kita jadi ambisi untuk ikhtiar menuntut ilmu, memenangkan lomba-lomba, organisasi, ikut tim panitia sana sini, tapi tujuannya hanya sekedar demi menggenggam dokumen-dokumen bukti keikutsertaan yang fokusnya untuk dipersembahkan dalam ajang “Pemilihan Mahasiswa Berprestasi”.
Tugas si TIGA HURUF (baca : OKK) membuat saya bertambah yakin, kalau kita –mahasiswa- punya peran yang jauh lebih besar daripada mengejar istilah “mahasiswa berprestasi”.
Kita mesti SIAP MENGABDI ! :D
SIAP MENGABDI dengan tulus, SIAP MENGABDI dengan ikhlas, SIAP MENGABDI demi kebaikan.
Jika temen-temen ingin berprestasi di bidang akademik, maka berprestasilah. Kejar ilmu dengan sungguh-sungguh. Tapi niatkan lillahi ta’ala. Dan jadikan ilmu itu sebagai jalan untuk MENGABDI.
Jika temen-temen ingin berorganisasi, maka berorganisasilah. Jalankan peran dengan penuh tanggung jawab. Jadikan peranmu sebagai sarana untuk MENGABDI.
Jika temen-temen ingin memenangkan lomba, maka berusahalah untuk yang terbaik. Jadikan kemenangan sebagai motivasi untuk MENGABDI.
Dan.. jika memang gelar “Mahasiswa Berprestasi” di ajang ini mampu kita raih, maka anggaplah ini sebagai sebuah tanggung jawab, tantangan, serta teguran.
Saya teringat kata-kata sepupu saya.. “Prestasi bukan gelar. Prestasi bukan medali ataupun piala. Prestasi itu .. pengabdian.”
Sudah berapa banyak ilmu yang kita dapat dan kita amalkan?
Sudah sejauh mana peran yang kita jalani dengan sepenuh hati?
Setinggi itulah kita berprestasi..
Mahasiswa teknik yang mampu merancang alat yang sedemikian canggih adalah mahasiswa yang cerdas. Namun bagaimana dia bisa dikatakan berprestasi?
….Ketika ia mampu mempersembahkan buah karyanya itu menjadi sesuatu berguna untuk umat.
Jadi, mari berprestasi! Bukan demi tumpukan berkas, bukan demi memberi hiasan indah di CV, bukan pula demi eksistensi dan gelar yang menonjol. Tapi demi MENGABDI !
Mengabdi kepada masyarakat, mengabdi kepada umat.. :)
Wah iya, besok ada talkshow tentang mahasiswa berprestasi di MUI. Nanti kalo ada waktu, Insya Allah saya siapkan draft nya untuk dishare .
Mohon maaf bila mungkin ada kalimah yang membuat temen-temen kurang berkenan, atau ada perbedaan pemikiran, atau kesalahan-kesalahan lainnya. Saya hanya manusia yang sedang mengeluarkan unek-uneknya di tulisan ini. Hehe.. Kalau ada masukan atau tanggapan, dipersilahkan memberikannya di kolom komentar. Supaya saya pun bisa turut belajar, dan mungkin pembaca-pembaca yang lain bisa turut membaca tanggapan anda.
MAHA + siswa.. Semoga benar-benar semakin terpelajar..
AYO MENGABDI ! :)
Dear, rekan-rekan mahasiswa.. (jah, gaya beneeeerr…!! padahal kuliah aja belom masuk.. hehe.. iya-in aja deh, biar cepet =p )
Hari ini, dalam kepala saya, terniang-niang istilah kata “mahasiswa berprestasi”. Istilah ini pertama kali nempel di kepala pas saya liat ada spanduk ucapan selamat kepada Andreas Sanjaya, mahasiswa berprestasi yang mewakili Fasilkom, dan dengar-dengar kak Andreas ini masuk jajaran 3 besar “Mahasiswa Berprestasi Tingkat Universitas Indonesia”. Yang juara 1 UI dan calon utama ke tingkat nasional kalo gak salah kakak dari Fakultas Ekonomi (maaf, namanya lupa). Sebenarnya sudah sekitar satu bulan saya bergulat dengan masalah ini dan mencoba ngobrol sama beberapa “atlet akademis”.
Akhirnya saya menemukan sesuatu yang menurut saya mengganjal. Istilah “mahasiswa berprestasi” itu lho.. tau kan ada ajang pemilihannya yang di kampus-kampus?
Nih, saya punya link pedoman ajangnya klik disini (klik di hasil penelusuran paling atas yang ada tulisan pedoman)
Nah, setelah temen2 liat isi pedomannya, mungkin temen-temen uda mulai ancang-ancang nih dengan obsesi masing-masing. Apalagi kalo punya kenalan yang pernah jadi MaPres, mungkin bakal menggebu-gebu buat ikut ini.. (hehe, lebay)
Itu hal yang wajar kok. Pas saya lihat pertama kali, saya pun tertarik untuk mempersiapkan diri buat ikutan ajang ini. Apalagi saya pernah liat langsung contoh MaPres IPB. Beeeuh, pengen banget bisa berprestasi juga. Kakak ini namanya Kak Galih. Kalo temen-temen masuk ke lingkungan IPB dan nanya tentang kakak ini, pasti gak ada yang gak kenal. Lha wong namanya aja udah legendaris kok. Dan banyak juga orang-orang yang suka update berita pun pasti tau tentang kakak yang super ini. Kak Galih ini contoh mahasiswa muslim yang mantaraptaptap deh prestasinya! Search aja di google “Galih Nugroho”. Seabrek2 posting tentang dia.. wew.. Produk nasional, kualitas Internasional ! Mantap!
Upaya pertama, Bahasa Inggris saya (yang berantakan banget) mulai berusaha saya rapikan, karena ini salah satu kualifikasi yang diminta.
Tapi tiba-tiba saya merasa ada yang hilang. Iya deh beneran, ada yang hilang.. Saya merasa diri saya jadi berubah, jadi penuh obsesi.. Sampai saya lupa sama ‘makna mahasiswa’.
Mungkin buat temen2 yang tertarik ikut ajang ini, saya mendukung ! ^^ Karena memang ajang ini berawal dari niat positif pemerintah supaya mahasiswa-mahasiswa bersemangat untuk berprestasi di bidang akademis maupun organisasi dan bidang-bidang lainnya. Namun yang saya takutkan, akan ada salah kaprah dalam menyikapi adanya pemilihan mahasiswa berprestasi ini.
Buat sahabat-sahabat yang cantik dan ganteng (?) , saya takut kalo ajang ini justru dipandang secara kasar. Temen-temen liat kan di pedomannya ada pemeriksaan “berkas-berkas prestasi dan organisasi” ?
Nah, saya harap, ketika kita sudah berdiri di gerbang UI, menginjakkan kaki disana, niatkan lillahi ta’ala untuk mencari yang haq dan mengamalkan semua yang kita dapat. Ikhtiarkan semua yang patut diikhtiarkan, dan yang jelas, tetep dalam lingkup syari’at. Amar ma’ruf nahi munkar.
Jangan sampai kita jadi ambisi untuk ikhtiar menuntut ilmu, memenangkan lomba-lomba, organisasi, ikut tim panitia sana sini, tapi tujuannya hanya sekedar demi menggenggam dokumen-dokumen bukti keikutsertaan yang fokusnya untuk dipersembahkan dalam ajang “Pemilihan Mahasiswa Berprestasi”.
Tugas si TIGA HURUF (baca : OKK) membuat saya bertambah yakin, kalau kita –mahasiswa- punya peran yang jauh lebih besar daripada mengejar istilah “mahasiswa berprestasi”.
Kita mesti SIAP MENGABDI ! :D
SIAP MENGABDI dengan tulus, SIAP MENGABDI dengan ikhlas, SIAP MENGABDI demi kebaikan.
Jika temen-temen ingin berprestasi di bidang akademik, maka berprestasilah. Kejar ilmu dengan sungguh-sungguh. Tapi niatkan lillahi ta’ala. Dan jadikan ilmu itu sebagai jalan untuk MENGABDI.
Jika temen-temen ingin berorganisasi, maka berorganisasilah. Jalankan peran dengan penuh tanggung jawab. Jadikan peranmu sebagai sarana untuk MENGABDI.
Jika temen-temen ingin memenangkan lomba, maka berusahalah untuk yang terbaik. Jadikan kemenangan sebagai motivasi untuk MENGABDI.
Dan.. jika memang gelar “Mahasiswa Berprestasi” di ajang ini mampu kita raih, maka anggaplah ini sebagai sebuah tanggung jawab, tantangan, serta teguran.
Saya teringat kata-kata sepupu saya.. “Prestasi bukan gelar. Prestasi bukan medali ataupun piala. Prestasi itu .. pengabdian.”
Sudah berapa banyak ilmu yang kita dapat dan kita amalkan?
Sudah sejauh mana peran yang kita jalani dengan sepenuh hati?
Setinggi itulah kita berprestasi..
Mahasiswa teknik yang mampu merancang alat yang sedemikian canggih adalah mahasiswa yang cerdas. Namun bagaimana dia bisa dikatakan berprestasi?
….Ketika ia mampu mempersembahkan buah karyanya itu menjadi sesuatu berguna untuk umat.
Jadi, mari berprestasi! Bukan demi tumpukan berkas, bukan demi memberi hiasan indah di CV, bukan pula demi eksistensi dan gelar yang menonjol. Tapi demi MENGABDI !
Mengabdi kepada masyarakat, mengabdi kepada umat.. :)
Wah iya, besok ada talkshow tentang mahasiswa berprestasi di MUI. Nanti kalo ada waktu, Insya Allah saya siapkan draft nya untuk dishare .
Mohon maaf bila mungkin ada kalimah yang membuat temen-temen kurang berkenan, atau ada perbedaan pemikiran, atau kesalahan-kesalahan lainnya. Saya hanya manusia yang sedang mengeluarkan unek-uneknya di tulisan ini. Hehe.. Kalau ada masukan atau tanggapan, dipersilahkan memberikannya di kolom komentar. Supaya saya pun bisa turut belajar, dan mungkin pembaca-pembaca yang lain bisa turut membaca tanggapan anda.
MAHA + siswa.. Semoga benar-benar semakin terpelajar..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar